Karena pada tempat-tempat yang disebutkan di atas, pihak orangtua masih memiliki kendali terhadap anak-anaknya. Sehingga apapun yg terjadi, tanggung jawab tetap kembali pada orangtua si anak. Termasuk JIKA, naudzubillah, anaknya terpapar Covid-19 di tempat-tempat tadi.
Sementara sekolah, menjadi satu-satunya tempat dimana kendali orangtua si anak, hampir, tidak ada sama sekali selama jam sekolah berlangsung. Maka disinilah faktor kekhawatiran pemicu penyebaran Covid-19 sesama siswa ketika si anak bertemu dengan teman-temannya kembali.
Walaupun saya pribadi menyadari, fakta di lapangan, sebelum bergaul kembali di sekolah, kemungkinan besar di lingkungan rumah si anak sudah terlebih dahulu bergaul dengan teman-temannya.
Selain itu, memaksakan anak tetap datang ke sekolah di tengah kondisi pandemi sekarang, di satu sisi menjadi ancaman & tekanan bagi pihak sekolah. Bukan tidak mungkin pihak sekolah dapat dipidanakan oleh orang tua/wali siswa jika ada anaknya yang diduga terkena Covid-19 saat berada di sekolah. Tahu sendiri, SEBAGIAN orang tua jaman sekarang, jangankan kena Covid-19, anaknya kena Tegur-19 saja gurunya dipidanakan. Belum lagi jika citra/reputasi sekolah yang akan tercoreng jika ada siswanya yang kemudian positif Covid-19.
Pihak sekolah akan kewalahan mengendalikan anak yang begitu banyak.
Orang tua, yang mengurus 1-2 orang anak di rumah saja masih kewalahan, apalagi jika beban itu diberikan pada seorang guru dengan tanggung jawab lebih dari 10 orang anak. Apalagi untuk para guru di tingkat PAUD/TK/SD.
Jika orangtua memaksa ingin anak-anaknya masuk sekolah, maka perlu ada komitmen dan kesadaran dari pihak orang tua akan resiko yang telah disebutkan di atas, selain tentu saja sekolah perlu jaminan tidak ada tuntutan hukum dari pihak orang tua ataupun stakeholder lainnya.
Pahamilah bahwa penundaan masuk sekolah itu demi menghilangkan resiko putra-putri ibu/bapak terkena Covid-19 di lingkungan sekolah. Kami juga tidak tahu, sudah berkeliaran kemana saja putra-putri ibu/bapak pasca diberhentikannya PSBB? Siapa saja yang sudah kontak? Apakah selama pasca PSBB masih menerapkan protokol kesehatan di lingkungannya?
Dari lubuk hati terdalam, sebenarnya kami para guru rindu mengajar, serta mendidik putra-putri ibu/bapak. Lebih baik kami masuk sekolah dan gaji di-new-normalkan, daripada berada di kondisi "Enak guru gak masuk sekolah tetap digaji" seperti sekarang.
Semoga kondisi segera membaik.
0 Komentar
Terima kasih sudah berkunjung dan memberikan komentar.